Ahad, 13 Ramadhan 1443 H | 17 April 2022 M
👤 Ustadz Abul Aswad Al Bayaty hafizhahullah
📗 Tematik | Pembahasan Buku Fiqih Ramadhan – Meniti Hari Di Bulan Yang Diberkahi
🔊 Sesi Ke-24 | Bab 23 – Syarat I’tikaf
Syarat I’tikaf.
a). Islam
Sehingga tidak sah I’tikaf yang dilakukan oleh orag kafir, Allah ta’ala berfirman :
وَقَدِمْنَا إِلَىٰ مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورً
“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.”
(QS. Al-Furqan : 23).
Syaikh Shalih bin Abdillah bin Fauzan Al-Fauzan berkata menafsirkan ayat ini :
فالمشركون لهم عبادات، كانوا يحجون، وكانوا يتصدقون، وكانوا يطعمون الأضياف، وكانوا يُكرمون الجيران، ولهم أعمال لكنها ليست مبنيّة على التّوحيد، فهي هباء منثور، لا تنفعهم شيئاً يوم القيامة
“Orang-orang musyrik kafir mereka melakukan ibadah, mereka berhaji, mereka bersedekah, mereka memberi makan para tamu, dan mereka juga memuliakan tetangga. Mereka melakukan amalan-amalan namun tidak dibangun berdasarkan tauhid. Maka amal-amal tersebut menjadi sirna menjadi debu yang beterbangan dan tidak memberi mereka manfaat sedikitpun kelak pada hari kiamat.”
[(I’anatul Mustafid Syarah Kita Tauhid : 1/59).]
b). Berakal
Syaikh Khalid bin Ali Al-Musyaiqih menerangkan sebab tidak sahnya I’tikaf yang dilakukan oleh orang yang tidak memiliki akal :
فلا يصح الاعتكاف من مجنون ولا سكران، ولا مغمى عليه؛ لحديث عمر رضي الله عنه مرفوعاً : (( إنما الأعمال بالنيات )) متفق عليه . وهؤلاء لا قصد لهم معتبر ولأنهم ليسوا من أهل العبادة وهذا الشرط بالتفاق الأئمة
“Maka tidak sah I’tikaf yang dilakukan oleh orang gila, demikian pula orang mabuk, juga orang yang pingsan berdasarkan hadits Umar radhiyallahu ‘anhu secara marfu’ ; ‘Sesungguhnya amal-amal itu bergantung kepada niatnya’. Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Dan karena orang-orang yang tidak memiliki akal ini mereka tidak memiliki Qasdun/keinginan yang dianggap sah. Dan karena mereka ini bukan termasuk kelompok orang yang dibebani dengan ibadah.”
[(Fiqhul I’tikaf : 69 oleh Syaikh Khalid Al-Musyaiqih).]
c). Niat
Karena orang yang berdiam diri di masjid bisa berniat untuk I’tikaf bisa pula berniat untuk tujuan lainnya. Maka dibutuhkan niat untuk menentukan dan membedakan jenis amal mana yang dimaksudkan.
Imam Ibnu Rusyd berkata menghikayatkan ijma’/kesepakatan disyaratkannya niat dalam I’tikaf, beliau berkata :
أما النية فلا أعلم فيها خلافا
“Adapun niat, maka aku tidak pernah mengetahui adanya perbedaan pendapat di kalangan para ulama tentangnya.”
[(Bidayatul Mujtahid : 1/430).]
d). Berpuasa
Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah berkata :
ولم يذكر الله سبحانه وتعالى الاعتكاف إلا مع الصوم ، ولا فعله رسول الله صلى الله عليه وسلم إلا مع الصوم . فالقول الراجح في الدليل الذي عليه جمهور السلف : أن الصوم شرط في الاعتكاف ، وهو الذي كان يرجحه شيخ الإسلام أبو العباس ابن تيمية
“Allah ta’ala tidak menyebutkan I’tikaf melainkan bersama puasa. Dan Rasulullah shalallahu ‘aaihi wa sallam tidak melaksanakan I’tikaf kecuali bersamaan dengan puasa. Maka pendapat yang rajih/kuat di dalam memahami dalil, yang dipilih oleh mayoritas kaum salaf ialah bahwa puasa itu merupakan syarat di dalam I’tikaf. Dan pendapat inilah yang dikuatkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.”
[(Zadul Ma’ad : 2/83).]
e). Aktivitas yang dianjurkan
Syaikh Wahbah Az-Zuhaili berkata adab-adab I’tikaf yang seharusnya dilakukan oleh orang yang beri’tikaf di masjid :
وعلى المعتكف آداب ينبغي أن يتحلى بها قدر استطاعته ليلا نهارا وذلك بأن يقضي وقته بالصلاة وقراءة القرآن وذكر الله تعالى والصلاة على النبي وطلب العلم من تقسير أة حديث أو نحو ذلك من العلوم الشرعية و غير ذلك من الطاعات المحضة.
“Dan bagi orang yang beri’tikaf ada adab-adab yang selayaknya untuk dilakukan sesuai kadar kemampuan sepanjang siang dan malam. Itu dilakukan dengan cara menghabiskan waktunya untuk shalat, membaca Al-Qur’an, berdzikir menyebut asma Allah. Demikian pula bershalawat kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam serta menuntut ilmu berupa mengkaji tafsir, hadits maupun ilmu syariat lainnya dan juga ketaatan-ketaatan yang lain.”
[(Al-Fiqhul Islami : 2/715).]
Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi juga berkata memperingatkan pelaku I’tikaf dari berbagai perbuatan yang selayaknya dihindari :
يُستحب للمعتكف التشاغل بالطاعات المحضة وتجنب مالا يعنيه من الأقوال والأفعال، ويجتنب الجدال والمراء والسباب والفحش فإن ذلك مكروه في غير الاعتكاف ففيه أولى، ولا يبطل الاعتكاف بشيء من ذلك
“Selayaknya orang yang beri’tikaf untuk menyibukkan diri dengan murni ketaatan,serta menjauhi hal-hal yang tidak penting baginya berupa perkataan, perbuatan, dan pertengkaran, debat kusir, mencaci serta berkata kotor. Karena hal-hal ini dibenci di luar waktu i’tikaf, maka lebih dibenci lagi ketika i’tikaf. Dan i’tikaf tidak batal dengan ini semua.”
[(Al-Mughni : 2/164).]
Wallahu a’lam
____
Salurkan Donasi Terbaik Anda ke:
| Bank Syariah Indonesia (BSI)
| Kode Bank: 451
| No. Rekening: 7814 5000 84
| Atas Nama: Cinta Sedekah (Program Da’i)
📱 Official Medsos & Layanan YCS
🛋 https://lynk.id/cspeduli/
Leave A Comment